Depok – Sebagai negara yang berada di kawasan cincin api Pasifik, Indonesia memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam seperti gempa bumi Megathrust dan banjir. Hal ini dapat berdampak besar pada keselamatan karyawan, masyarakat sekitar, serta operasional Objek Vital Nasional (Obvitnas) seperti PLN Gandul. Karena itu, perlu adanya respons cepat serta koordinasi yang efektif.
Menyadari besarnya dampak yang ditimbulkan, PLN Gandul bersama PT Nawakara Perkasa Nusantara dan BASARNAS (Badan SAR Nasional) menggelar simulasi tanggap darurat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana pada Kamis, 12 Desember 202r4 di Kantor PLN Gandul, Depok, Jawa Barat. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan, meminimalkan dampak bencana, dan memperkuat sinergi antar tim.
Pambudi Nurwidjaya, Rescuer Senior Basarnas (Badan SAR Nasional) menyampaikan bahwa pentingnya simulasi bencana dilakukan sebagai langkah mitigasi. “Gempa bumi Megathrust adalah gempa dengan skala besar yang membutuhkan kesiapan tinggi. Kegiatan ini bertujuan memastikan seluruh tim tidak panik dan siap bertindak cepat menghadapi bencana. Simulasi seperti ini membantu meningkatkan koordinasi serta efektivitas respons dalam keadaan darurat,” jelasnya.
Berikut adalah 4 cara yang bisa diterapkan untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan efektivitas respons:
1. Tetap Tenang dan Ikuti Prosedur Evakuasi yang Tepat
Dalam skenario gempa bumi, pastikan untuk berlindung di bawah meja atau di dekat pilar yang kokoh saat guncangan terjadi. Setelah guncangan reda, lakukan evakuasi dengan tenang dan terorganisir menuju titik aman atau Master Point. Nantinya, Floor Warden bertugas menghitung jumlah karyawan dan memastikan tidak ada yang tertinggal di dalam gedung.
2. Tingkatkan Kemampuan Pertolongan Pertama
Latih tim First Aid untuk menangani korban luka menggunakan peralatan dasar seperti tandu, oksigen, dan pertolongan darurat lainnya. Pastikan korban yang membutuhkan perawatan lebih lanjut segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat. Langkah ini krusial untuk meminimalkan risiko cedera serius dan memastikan keselamatan nyawa.
3. Latih Simulasi secara Berkala
Rutin melakukan simulasi tanggap darurat dapat membantu tim untuk bereaksi secara refleks dan efektif. Dalam skenario banjir, latih prosedur evakuasi korban dari area genangan air di bawah tekanan situasi darurat.
M. Nuruli Kholiq, Kepala Divisi Pelatihan Nawakara menambahkan bahwa pelatihan yang dilakukan menjadi langkah strategis untuk memastikan kesiapan menghadapi potensi bencana besar. “Simulasi adalah langkah proaktif untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Bagaimana tim tanggap darurat yang didalamnya termasuk tim keamanan melakukan evakuasi, mengamankan asset, dan melakukan pertolongan bila ada seseorang yang cedera atau tidak bisa melakukan evakuasi secara mandiri. Kolaborasi antara PLN, Nawakara, dan Basarnas menunjukkan sinergi yang efektif dalam memastikan kesiapan menghadapi bencana,” ujarnya.
4. Evaluasi dan Tingkatkan Prosedur Kesiapsiagaan
Lakukan evaluasi hasil simulasi untuk melihat area yang perlu ditingkatkan, seperti penyempurnaan sistem paging untuk penyebaran informasi darurat lebih cepat dan penambahan fasilitas keselamatan seperti alat pelindung diri hingga peralatan tanggap darurat. Adanya simulasi berkala ini menjadi dasar untuk penguatan prosedur di masa mendatang.
Mario Tambun, Staff di K3L UIT JBB UPT PLN Gandul, mengapresiasi terhadap pelaksanaan kegiatan ini. “Simulasi ini menjadi pengalaman penting bagi kami untuk menguji kesiapan prosedur tanggap darurat. Walaupun kami tidak menginginkan bencana ini terjadi, namun tetap harus antisipasi dengan simulasi penanggulangan ini. Kami merasa terbantu, mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan belajar banyak hal yang dapat ditingkatkan, termasuk percepatan waktu respons dan optimalisasi koordinasi. Hal ini menjadi dasar untuk penguatan prosedur kami di masa mendatang,” ujarnya.