PM Nawakara, Fris Boy: Mengelola Keamanan Fasilitas Migas

PM Nawakara, Fris Boy: Mengelola Keamanan Fasilitas Migas

Minyak dan gas bumi (migas) adalah sumber daya vital yang memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Di Indonesia, hampir 300 fasilitas migas tersebar di berbagai wilayah dan dianggap sebagai Objek Vital Nasional (Obvitnas) oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Mengelola keamanan fasilitas migas merupakan tanggung jawab besar yang berkontribusi terhadap stabilitas pasokan energi. Gangguan keamanan pada fasilitas migas dapat memiliki dampak yang meresahkan, termasuk terganggunya produksi migas, kerugian finansial, hingga ancaman terhadap lingkungan.

Project Manager Nawakara, Bapak Fris Boy, memiliki pengalaman yang panjang dalam mengelola keamanan fasilitas migas. Dalam lebih dari 20 tahun perjalanan karirnya, beliau telah berhasil mengelola berbagai ancaman keamanan di fasilitas migas, mulai dari isu sosial, hingga pengeboran ilegal di wilayah sekitar.

Lalu bagaimana strategi dalam mengelola keamanan fasilitas migas yang optimal? Simak ringkasan wawancara kami bersama dengan beliau berikut ini.

 

Q: Apa tugas utama seorang PM di Nawakara?

Seorang Project Manager, atau biasa disingkat PM, bertanggungjawab penuh dalam mengatur, merencanakan, dan melaksanakan proyek sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan (atau scope of work) dan anggaran yang telah ditentukan. 

Selain itu, PM juga bertindak sebagai pemimpin dan koordinator lapangan. Seorang PM harus mempunyai kemampuan untuk memimpin tim dan menentukan tujuan. Koordinasi dan komunikasi dengan para stakeholders dan klien selama proyek tersebut berlangsung juga merupakan tugas yang tidak dapat terpisahkan dari seorang PM.

Di fasilitas migas, PM memiliki peran yang sentral sebagai salah satu garda terdepan yang secara terus-menerus melakukan koordinasi dan komunikasi, agar dapat tercipta pengamanan yang optimal di setiap area atau perimeter pengamanan.

 

Q: Apa saja area pengamanan pada fasilitas migas?

Pada dasarnya area atau perimeter pengamanan terbagi menjadi dua, yaitu area maksimum dan area minimum.

Area maksimum merupakan area-area vital yang dijaga dengan pengamanan penuh dan diawasi selama 24 jam / 7 hari oleh personil Manned Guarding. Area ini mencakup sumur minyak (well) dan fasilitas produksi (plant).

Area minimum merupakan area-area yang lebih umum yang dijaga dengan pengamanan patroli. Contoh area ini adalah rute atau jalur pipa, area gudang (warehouse), area barang bekas (junkyard), dan beberapa area lainnya. 

 

Q: Apa saja ancaman keamanan yang terjadi pada area-area tersebut?

Secara umum, ancaman keamanan yang dominan pada fasilitas migas adalah isu sosial tentang ketenagakerjaan. Isu ini melibatkan masyarakat sekitar yang menuntut pekerjaan dari perusahaan migas tersebut. Biasanya mereka melakukan demonstrasi yang menutup akses jalan, sehingga karyawan dan operator produksi migas tidak dapat masuk ke area kerja, dan kegiatan produksi migas bisa saja terhambat. Isu ini biasanya banyak terjadi ketika masa penerimaan karyawan baru.

Ancaman keamanan lainnya yang terjadi pada area migas adalah pencurian. Isu ini juga melibatkan oknum dari masyarakat sekitar yang mempunyai motif ekonomi, biasanya remaja yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga tidak memiliki penghasilan dan terpaksa melakukan tindak pidana pencurian. Area yang rawan pencurian adalah area minimum. Sebagian besar barang yang dicuri adalah barang bekas dan besi bekas, yang tidak secara langsung berdampak terhadap operasional. Namun ada juga yang merusak dan mencuri infrastruktur jalan, sehingga mengganggu mobilitas karyawan yang bertugas.

Selain itu, terdapat juga ancaman dari pengeboran ilegal atau illegal drilling. Meskipun pengebor ilegal ini beroperasi di luar area pengamanan, namun letaknya ada yang berdekatan dengan area maksimum (area sumur atau well). Gangguan yang terjadi biasanya ketika terdapat truk atau kendaraan yang menghalangi akses, hingga kerusakan lingkungan dari minyak yang tumpah di area sekitar pengeboran ilegal tersebut.

 

Q: Bagaimana strategi pencegahan dan perlindungan dari ancaman-ancaman tersebut?

Kerangka kerja yang digunakan dalam mencegah dan melindungi fasilitas migas dari ancaman-ancaman tersebut adalah Deteksi Dini, Cegah Dini.

Deteksi Dini mencakup upaya untuk menjalin hubungan baik dengan para pemangku kepentingan atau stakeholders di area sekitar fasilitas migas. Misalnya saja koordinasi dan komunikasi dengan tokoh masyarakat sekitar, pejabat pemerintah daerah, hingga pihak kepolisian. Dengan adanya upaya koordinasi dan komunikasi yang baik, Nawakara dapat melakukan deteksi ancaman keamanan secara dini.

Cegah Dini berarti melakukan respon yang cepat dan tanggap. Misalnya saja ketika terdapat gangguan yang menyebabkan produksi migas terhambat, tim keamanan harus melakukan respon dan berkoordinasi dengan pihak terkait tidak lebih dari 1 jam.

Nawakara bersama-sama dengan klien juga rutin melakukan patroli gabungan, terutama di area minimum, dimana terdapat jalur pipa-pipa migas. Di area ini, ada beberapa jalur pipa yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor, sehingga patroli gabungan juga didukung dengan drone.

 

Q: Ketika terjadi ancaman, bagaimana tahapan respon Nawakara?

Sesuai dengan kerangka kerja Deteksi Dini, Cegah Dini, Nawakara secara aktif melakukan koordinasi dan komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan.

Sebagai contoh, informasi mengenai isu sosial yang berpotensi mengganggu operasional bisa saja didapatkan dari koordinasi rutin dengan Polsek setempat. Informasi tersebut kemudian dikoordinasikan dengan pihak klien, agar secara bersama-sama dapat menentukan respon pengamanan yang tepat.

Contoh lain, ketika mendapatkan informasi dari tim patroli gabungan bahwa terdapat aksi pencurian yang sedang berlangsung, Nawakara langsung berkoordinasi dengan tim Satuan Tugas (Satgas) Obvitnas dan Polsek setempat untuk melakukan penangkapan. Dalam operasional pengamanan, keselamatan semua pihak harus diutamakan. Karena bisa saja pencuri tersebut membawa senjata tajam yang dapat mengancam keselamatan personil. Oleh karena itu, respon dan koordinasi yang cepat merupakan kunci dari pengamanan yang optimal yang mengutamakan keselamatan.

Ketika terdapat situasi darurat (emergency) seperti kebakaran, baik kebakaran di area pengamanan, maupun di luar area, personil Nawakara secara tanggap merespon dengan koordinasi ke Emergency Response Team (ERT) untuk membantu memadamkan api.

CS
close
CS

Halo!
Tim sales kami siap melayani Anda

Kirim Pertanyaan